Albinisme merupakan keadaan genetik yang menyebabkan kurangnya pigmen melanin dari rambut, kulit, dan mata. Hal ini membuat orang dengan albinisme sangat sensitif terhadap sinar matahari dan rentan terhadap kebutaan serta kanker kulit. Yang disayangkan adalah orang dengan albinisme masih sering menjadi sasaran diskriminasi dan bahkan pembunuhan di sebagian negara. Dalam menumbuhkan pemahaman dan menghindari stigma kepada orang dengan albinisme, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan Hari Kesadaran Albino atau Hari Kesadaran Albinisme Sedunia yang saat ini diperingati pada tiap tanggal 13 Juni setiap tahun.
Tema peringatan albinisme di tahun 2023, yaitu ‘Inklusi adalah Kekuatan’. Hal ini bermaksud agar meningkatkan nilai inklusi dan mengakui bahwa orang dengan albinisme mempunyai kontribusi dan kemampuan yang berharga untuk masyarakat.
Albinisme bukan suatu penyakit, namun merupakan variasi genetik yang alami. Orang yang terlahir dengan albinisme kekurangan atau tidak terdapat pigmen melanin didalamnya. Perihal ini menjadikan kulitnya nampak pucat dan lebih rentan kepada kerusakan kulit karena paparan sinar matahari. Disamping itu, mereka juga mempunyai rambut dengan warna terang dan mata yang sensitif kepada cahaya. Pigmen melanin yang kurang ini juga mengakibatkan gangguan penglihatan, misalnya kesulitan dalam melihat kontras warna dan kebutaan sebagian .
Albinisme dapat diwariskan dari orangtua yang tidak terjadi keadaan ini bila mereka mempunyai gen albinisme. Walaupun demikian, albinisme dapat terjadi kepada siapa pun tanpa melihat gender atau ras. Akan tetapi, kesempatan ini berlangsung cukup besar di bagian Selatan Afrika, dengan dugaan 1 kasus albinisme setiap 1.000 orang.
Sayangnya, orang dengan albinisme masih sering mengalami penganiayaan dan diskriminasi. Terkadang mereka sering menjadi sasaran pembunuhan karena adanya mitos dan kepercayaan yang salah terkait albinisme. Orang-orang yang memberikan anggapan bahwa orang dengan albinisme ialah makhluk ‘bermisteri’ atau ‘aneh’ serta mempunyai kekuatan sihir. Pada sebagian budaya, anggota tubuh mereka juga dijadikan bahan dalam praktik ilmiah yang salah.
Dalam menanggulangi kesalahpahaman ini, PBB membuat Hari Kesadaran Albinisme Sedunia selaku momen dalam menumbuhkan pemahaman dan meminimalisasi stigma kepada orang dengan albinisme. Dengan sosialisasi pendidikan publik, acara sosial, serta aktivitas menyebarluaskan informasi, diharapkan masyarakat dapat lebih mengenal albinisme selaku sebuah variasi genetik yang alami dan bukan penyakit. Masyarakat juga diharapkan memberikan perlakuan pada orang dengan albinisme dengan menghargai kontribusi dan rasa hormat pada mereka didalam kehidupan setiap hari.
Di Indonesia sendiri, ada komunitas khusus yang didedikasikan untuk mendukung orang dengan albinisme bernama Albino Indonesia. Komunitas ini mencoba memberikan ruang yang aman dan inklusif bagi orang dengan albinisme untuk berkumpul, berbagi pengalaman, dan saling mendukung. Komunitas seperti ini sangat penting dalam memberikan kepastian bahwa orang dengan albinisme mempunyai tempat di masyarakat dan tidak merasa terasingkan.
Dalam kesimpulan, albinisme ialah keadaan genetik yang menyebabkan kurangnya pigmen melanin terhadap kulit, rambut, dan mata. Orang dengan albinisme sangat sensitif terhadap sinar matahari dan rentan terhadap kebutaan serta kanker kulit. Sayangnya, mereka masih sering menghadapi diskriminasi dan penganiayaan. Melalui Hari Kesadaran Albinisme Sedunia, PBB berupaya untuk meningkatkan pemahaman dan mengurangi stigma terhadap orang dengan albinisme. Mari lebih inklusif dan menghargai keberagaman di masyarakat kita.